Festival Krakatau 2023 akan memperkenalkan akar budaya Lampung dalam bungkus kontemporer. Budaya tuping dan tutup kepala akan menjadi sorotan utama.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kadis Parekraf) Provinsi Lampung, Bobby Irawan mengatakan, budaya tuping telah mengakar di beberapa kabupaten di Lampung, seperti Sekura di Lampung Barat, tuping di Lampung Selatan, dan budaya nyubuk di masyarakat Pepadun. Budaya-budaya inilah yang akan diangkat dalam Festival Krakatau 2023.
“Saya berharap tahun-tahun kedepan budaya tuping ini menjadi karakter yang kuat dari Festival Krakatau. Kita akan selalu mengangkat budaya tuping dalam setiap penyelenggaraan Fetival Krakatau di tahun-tahun kedepan.” Kata Bobby Irawan di Kantor Dinas Parekraf, Provinsi Lampung, Senin (19/6/2023) sore.
Menjawab keinginan banyak masyarakat untuk bisa terlibat secara aktif, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung pun menawarkan kegiatan festival yang unik. Masyarakat akan diajak terlibat secara aktif, baik sebagai penonton maupun peserta kirab.
“Baik yang menonton dan yang kirab, semua mengenakan tuping, menggunakan tutup kepala. Dan ini akan kita lombakan untuk masyarakat. Sehingga masyarakat akan merasa memiliki, bahwa ini adalah festival milik masyarakat Lampung, bukan festival milik kelompok tertentu.” ungkap Kadis Parekraf.
Menurut Bobby, festival ini adalah festival bersama bagi seluruh masyarakat Lampung. Dan festival ini juga merupakan bagian dari janji kerja Gubernur Lampung untuk mengembangkan pariwisata di provinsi Lampung.
“Yang pasti penyelenggaraan Festival Krakatau 2023 ini adalah bagian dari janji kerja Gubernur Lampung. Dari tiga puluh tiga janji beliau, salah satunya adalah Lampung kaya festival.” tuturnya.
“Menjadi bagian dari strategi kita untuk mengembangkan pariwisata di Provinsi Lampung, kita juga akan mengundang beberapa provinsi yang memiliki budaya topeng, budaya tutup kepala. Seperti Provinsi Bali, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan lainnya.” kata Kadis Parekraf Bobby Irawan.
Festival Krakatau 2023 akan berlangsung selama satu hari saja, yaitu tanggal 8 Juli 2023. Menurut Bobby, pelaksanaan satu hari ini juga merupakan bagian dari strategi mengumpulkan masa dan untuk lebih menggaungkan.
“Karena kalau dilaksanakan beberapa hari, minat masyarakat akan terpecah-pecah. Sekarang kami pusatkan di satu tempat di PKOR Way Halim dan diadakan satu hari penuh.” terangnya.
“Kami akan melibatkan anak-anak sekolah dalam acara mewarnai topeng di pagi hari, kemudian pemecahan rekor MURI oleh komunitas dan stakeholder kuliner, dan ada kirab budaya sebagai menu utama di siang hari.” Bobby menjabarkan.
“Dan di malam hari akan ada hiburan rakyat yang mendatangkan artis asal Lampung yang sudah cukup terkenal di nasional.” ia menambahkan.
Terkait Gunung Anak Krakatau yang masih aktif, tur krakatau tidak akan dilaksanakan di bulan Juli. Jika memungkinkan akan dilaksanakan pada post event di akhir Agustus. Selain sedang aktif-aktifnya, menurut Bobby, kondisi Gunung Anak Krakatau juga sudah berbeda dari sebelumnya.
Dengan dukungan dari berbagai media dan pegiat pariwisata, festival ini diharapkan memiliki karakter yang kuat, sehingga dapat meningkatkan popularitas Lampung secara nasional dan global.
“Untuk penonton, kita targetkan minimal lima ribu sampai sepuluh ribu orang akan datang pada acara festival ini. Dan saya yakin jumlah ini akan terlampaui.” Kata Bobby.
Menurut Bobby, festival ini adalah festival bersama bagi seluruh masyarakat Lampung. Dan festival ini juga merupakan bagian dari janji kerja Gubernur Lampung untuk mengembangkan pariwisata di Provinsi Lampung.
“Yang pasti penyelenggaraan Festival Krakatau 2023 ini adalah bagian dari janji kerja Gubernur Lampung. Dari tiga puluh tiga janji beliau, salah satunya adalah Lampung kaya festival.” tuturnya.